Rabu, 08 April 2015

Sejarah Kota Samarinda

Sejarah Kota Samarinda


Sejak zaman dahulu putra-putra Sulawesi Selatan (Suku Bugis-Makasar)terkenal dengan jiwa pelaut yg gagah berani,dengan perahu Pinisnya,mereka pernah menguasai pelayaran di perairan sekitar Australia bahkan sampai ke Madagaskar.
Disulawesi Selatan khususnya ,sejak abad ke-14 ada beberapa kerajaan yg terkenal seperti: Kerajaan Gowa,Bone,Sidenreng,Suppa,Wajo,Soppeng,Ajattappareng dal Luwu. Banyaknya kerajaan-kerajaan tersebut,maka potensi konflik berupa gesekan-gesekan politik(kekuasaan) sangat signifikan untuk terjadi.Kerajaan Gowa dan Bone berhasil bersatu saat Sultan Hasaniddin memegang tahta kerajaan di Gowa.sebagian di antara mereka hijrah ke Kerajaan Kutai Kertanegara di bawah pimpinan La Mohang Daeng Mangkona.Rombongan tiba di Kalimantan Timur di atas tercatat dalam sejarah karena rombongan Panglima Limboto tercatat sebagai pendiri kampung Bugis di Tanjung Redeb Kabupaten berau , La Mohang Daeng Mangkona diberikan tempat oleh raja Kutai yg Belakangan menjadi kota Samarinda,Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur saat ini.                                   Semula rombongan tersebut memilih daerahsekitar muara sungai karang mumus (daerah Selili sekarang.Tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di dalam pelayaran karena airnya berputar dan banyak kotoran sungai,selain itu terlindung oleh Gunung.kemudian mereka pindah kedaerah seberang, yakni Samarinda Seberang sakarang ini.                                    Dengan rumah rakit yang berada di atas air,harus sama tinggi antara rumah satu dan lainnya,yg melambangkan ”tidak ada perbedaan derajat,apakah bangsawan ataukah rakyat biasa,semua SAMA derajatnya”.Dengan lokasi yg berada disekitar muara sungai,dan kiri-kanan sungai dataran rendah atau “RENDA”. Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman tersebut dinamakan SAMARENDA atau lama kelamaan (dengan ejaan ) menjadi SAMARINDA.Setelah diadakan permufakatan antara mereka,maka perkampungan itu diberi nama SAMARENDA yang berarti:tidak ada yg lebih tinggi keturunan bangsawannya. Ini ditunjukan dengan rumah-rumah mereka yg di rakit-rakit,tidak ada yg lebih tinggi dari yang lainnya guna menampakan rasa persamaannya diantara mereka di rantau orang. sejak itulah perkampungan mereka dinamakan SAMARENDA dan sekarang ditulis dan diucapkan SAMARINDA.      Ketika pemerintah Belanda menjadikan lokasi Samarinda Kota sebagai pusat Pemerintahan di Afdeeling Oost-Borneo,maka peranan Samarinda kian berkurang dan akhirnya perkampungan Samarinda diubah menjadi SAMARINDA SEBERANG.Tidak berapa lama Samarinda sudah terkenal sebagai pusat perdagangan di perairan Mahakam,dan penduduknya terus bertambah,baik dari pendatang orang Bugis maupun orang-orang Kutai di dekitarnya,sehingga terbentuk menjadi 3 kampung,yakni Kampung Mesjid,Kampung Dagang dan Kampung Pasar.          Kota Samarinda terus diperintah di baeah Pua Ado ( yg setiap pengangkatannya di setujui oleh raja Kutai ).Diadakan pemilihan Pua Ado baru,dan terpilihlah sepuppu La Mohang Daeng Mangkona,yg bernama La Sawedi Daeng Mappoji ( Sitebba ),Sebagai Pua Ado kedua.Samarinda bertambah pesat kemajuannya.Pelabuhan yg diperbesar ,memudahkan arus angkutan barang perdagangan antara Samarinda dengan Makasar dan kota-kota lainnya.Sebagaian besar penduduk Samarinda masih tunduk patuh kepada raja Kutai,sesuai dgn sumpah mereka dahulu untuk terus mengabdi kepada raja Kutai.raja-raja Kutai sejak kedatangan rombongan Bugis (tahun 1668 ),sudah ada percampuran darah dengan raja-raja Bugis,sehingga raja Kutai adalah raja mereka juga.


Masa Pemerintahan Pua Ado di Samarinda
Dari catatan yg dapat dikumpulkan bahwa dari tahun 1668 sampai dengan tahun 1906 ada 10 orang Pua Ado yg memerintah di Samarinda.sesudah tahun 1906 Samarinda diberi kedudukan sebagai Distrik Samarinda Seberang yg dipimpin oleh Raden Panji Ario Projo ( tahun 1906-1910 ) semasa Sultan Mohammad Alimuddin.
1.   La Mohang Daeng Mangkona (tahun 1673-1746 )
2. La Sawedi Daeng Mappoji sebagai Pua Ado II (tahun 1746-1750)
3. Kapitan Nahkoda La Tojeng Daeng Ripetta sbagai Pua Ado III (tahun 1750-1799)
4. Kapitan La Made Daeng Punggawa Gelar Pua Ado IV (tahun 1799-1817 )
5. Uwa’na Soeboe Gelar Pua Ado V (tahun 1799-1817 )
6. Uwa’na Pangole Gelar Pua Ado VI ( tahun 1817-1843 )
7.  Haji Siduppa Daeng Parani Gelar Pua Ado VII ( tahun 1843-1852 )
8. Haji Barong Daeng Parage Gelar Pua Ado VIII ( tahun 1852-1867 )
9. Puanna Rappe Daeng Pesuro Gelar Pua Ado IX ( tahun 1861-1867 )
10.     Ade Lompo E,yang Langsung Di Bawah Pengawasan Sultan ( tahun 1870-1906 )























Tidak ada komentar:

Posting Komentar